Asiyah binti Muzahim adalah satu dari empat perempuan mulia yang menjadi penghuni surga karena keimanannya. Asiyah binti Muzahim adalah perempuan Bani Israil keturunan para nabi yang menjadi istri Raja Fir’aun yang zalim.
Perilaku yang ada pada diri Asiyah berbanding terbalik dengan suaminya.
Kisah Asiyah tidak lepas dari kisah Nabi Musa As. Sejarah kenabian memaparkan, ketika Asiyah duduk ditaman dan melamun, dihiasi aliran sungai yang indah, beliau melihat sebuah peti mengambang disungai.
Dari kejauhan peti itu semakin mendekat ke Asiyah, ketika peti itu terlihat dekat, Asiyah menyuruh pembantunya mengambil peti tersebut. Begitu Asiyah melihat isi dari peti tersebut beliau langsung tertegun melihat bayi mungil, elok dan rupawan.
Saat itu juga Allah SWT langsung menanamkan rasa kasih sayang kepada Asiyah kepada Musa kecil. Tanpa ragu, Asiyah pun membawa Nabi Musa ke istana dan berniat akan merawat dan mengasuhnya.
Setelah Fir’aun mendengar berita tersebut, para pengikutnya langsung diperintahkan untuk membunuh bayi itu. Ketakutannya muncul dari kekhawatiran atas tafsir mimpinya. Dimana suatu malam Fir’aum bermimpi suatu saat lahir lah anak laki-laki yang akan menghancurkan bahkan akan membunuh kezalimannya.
Karena Asiyah tidak terima suaminya akan membunuh bayi itu, dengan sangat cerdas ia bisa menaklukkan suaminya,dengan berkata, “kita tidak mempunyai keturunan anak laki-laki, maka jangan bunuh anak ini. Semoga ada manfaatnya untuk kita atau kita jadikan dia sebagian anak.” Alhasil, Musa untuk diizinkan dirawat di istana itu.
Seiring bertumbuh dewasanya Musa, semakin kuat keimanan Asiyah kepada Allah SWT. Memang sejak bersama Musa secara diam-diam ia beriman kepada Allah SWT, dan menentang suaminya yang mengaku sebagai Tuhan. Apalagi saat Nabi Musa mampu mengalahkan para tukang sihir Fir’aun. Asiyah yang menyaksikan mukjizat Nabi Musa itu semakin memperkokoh keimanan dan ketakwaannya.
Keimanan Asiyah pun akhirnya diketahui oleh Fir’aun. Fir’aun pun memberikan hukuman dan siksaan yang berat. Kedua tangan dan kaki Asiyah diikat. Ia ditelentangkan diatas tanah yang panas, wajahnya dihadapkan ke terik sinar matahari. Manakala para penyiksanya kembali, Malaikat menutup sinar matahari sehingga siksaan itu tidak terasa.
Tidak cukup sampai disitu, Fir’aun kembali memerintahkan para algojonya menjatuhkan sebongkah batu besar ke dada Asiyah. Sungguh siksa yang amat berat dan sangat tidak manusiawi.
Ketika Asiyah melihat batu besar itu hendak dijatuhkan padanya, beliau pun berdoa kepada Allah SWT, “wahai Allah Tuhanku, bangunkanlah untukku di sisi-Mu sebuah rumah disurga.” (QS At-Tahrim: 11)
Allah SWT pun memperlihatkan sebuah gedung disurga yang terbuat dari marmer berwarna mengkilat. Asiyah sangat bergembira, lalu ruh nya keluar menyusul kemudian barulah batu besar itu dijatuhkan pada tubuhnya. Beliau tidak merasakan sakit karna tubuhnya sudah tidak bernyawa.
Dalam sebuah hadits diriwayatkan Imam Ahmad, Rasulullah SAW juga memuji Asiyah dan tiga perempuan mulia lainnya. Beliau bersabda: “Sebaik-baiknya wanita penghuni Surga adalah Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad, Asiyah binti Muzahim istri Fir’aun, dan Maryam binti Imran.”